Hidup di manakah kita?

Tersiar kabar melalui dunia maya:
Publik ramai tunjuk sana dan sini
Emosi buncah bagai erupsi gunung berapi
Melahap segala yang dijumpai
Lantaran Kata-kata tanpa ekspresi
Sebab tanda-tanda tanpa bunyi
Tersebar melalui suara dan frekuensi
Sampai menunggangi kendali hati nurani

Seketika celah-celah terbuka lebar
Selebar lubang antara anyaman pagar
Namun suara-suara masih terdengar
Dari lidah dan bibir yang bergoyang
Lalu menusuk telinga yang sembarang menangkap getar
Kemudian angin genit pun tiba-tiba mengusik sabar

Kini nasi telah menjadi bubur
Citra yang gugur umpama daun pada musim gugur
Darah daging saudara telah hancur lebur
Dilumat badai sekelebat kilat bergemuruh guntur

Sekarang sudah terlanjur terlempar
Ke dunia luar yang sungguh liar
Yang Jauh berbeda dengan layar kaca Itulah dunia kita, realita
Dunia yang penuh dengan kata, tanda, suara, etika, dan semua yang ada
Dan yang telah tiada

Keduanya boleh jadi berubah semaunya
Bisa jadi merubah segalanya

Hidup di manakah kita?