"Senjata Media berwajah Ganda"

Perkembangan media baik cetak maupun online dewasa ini sangat pesat. Media menjadi kiblat baru yang mengarahkan dan merubah pandangan dan kondisi sosial, politik dan budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Media dengan segala aspeknya menggerakkan pengguna, perancang, pemilik dan penciptanya untuk saling mempengaruhi dalam tingkat kesadaran tertentu.

Media dalam banyak referensi menjadi gerbang informasi, jembatan komunikasi, penyambung lidah, penentu kebenaran, penghias fenomena, penghukum dan penilai, penambah dan penguat referensi, perekat hubungan, pembelajar, pengarah dan penuntun, penghasut, pencetak, ruang kerja, marketing dan branding, dan lain-lain.

Dari sekian banyak hal terkait media, barangkali ada sesuatu yang positif dan negatif yang bisa direspon atau diambil. Bahkan boleh saja untuk tidak dipedulikan sama sekali. Semua itu tergantung dari pribadi masing-masing, mau di dalam lingkaran media, di orbit media atau di luarnya saja.

Media dalam hubungannya dengan aspek yang lain - sangat terkait bahkan tidak bisa dipisahkan. Misalnya, media dan politik, media menjadi kontrol terhadap dunia perpolitikan di wilayah tertentu. Kepentingan politik dan politik kepentingan akan mudah diketahui melalui media. Kuantitas dan kualitas berita seputar tokoh atau parpol tertentu akan lebih dominan dibandingkan yang lain. Hal ini tergantung dari kedekatan, transaksi, dan ikatan pihak yang berpengaruh dengan media tersebut.

Media dengan budaya misalnya, budaya baru cenderung akan lebih nge-tren ketika media telah mengangkat dan mengasuhnya dengan baik, melalui settingan tertentu. Sehingga masyarakat luas akan mudah merasa kalau tidak ikut-ikutan, akan dicap tidak kekinian atau ketinggalan zaman. Walaupun budaya tersebut belum tentu baik dan sesuai dengan kondisi mereka.

Dalam kondisi tertentu, isu SARA yang tayang melalui media seringkali menjadi ladang bagi pihak tertentu untuk mengambil keuntungan. Misalnya yang belakangan ini terjadi, beberapa orang merasa bahwa harus ikut menyampaikan pendapat atau kritiknya terkait isu agama di halaman media sosialnya. Entah itu dengan cara yang beretika dan tepat, ataupun tidak. Hal ini dapat membuat khalayak terprovokasi untuk melakukan pembelaan maupun perlawanan. Bahkan mampu memecah masyarakat ke dalam beberapa kelompok, baik kecil maupun besar.

Maka dari itu diperlukan proses penyaringan, verifikasi atau analisa terlebih dahulu terhadap informasi yang diterima. Jangan sampai membiasakan klik dan sebar tanpa membacanya dengan cermat. Padahal informasi tersebut mengandung ujaran kebencian, penipuan, penghasutan, dan konten lain yang negatif. Satu klik bisa mendidik, bisa juga mencekik; satu kali sebar mampu mengajar, juga menghajar.

Hal ini sering terjadi, sehingga menimbulkan keresahan, kegaduhan, perselisihan, bahkan rusaknya persaudaraan, persatuan dan kesatuan. Boleh jadi karena kecerobohan kita akan membuat orang lain rugi dan celaka. Terlebih lagi jika hal itu berdampak secara luas dan sistemik. Maka berhati-hati dan bijaksanalah dalam memanfaatkan media.

Media seperti belati yang sangat tajam, bisa jadi menusuk yang di dekatnya atau yang memegangnya. Namun belati tersebut bisa digunakan untuk mengiris makanan, memotong batang, mencincang daging, dan keperluan lain dalam kehidupan sehari-hari. Belati tersebut harus disiapkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jika yang memegang tidak mengerti fungsinya atau salah dalam menempatkan manfaatnya maka akan berakibat fatal.

"Media merupakan senjata yang ampuh jika disepuh, tetapi sangat rapuh jika berada di tangan penempuh yang salah asuh"