Papuma Beach

Barisan Pemimpin Masa Depan

HIMASKA "Helium"

Khotmil Qur'an dan Tumpengan

Kelas A 2008

Jalan-jalan ke Candi Badut+makan bareng

Perpisahan Kelas

Foto bareng di depan Fakultas Saintek

Kelas B-4 PKPBA

Kuliah PKPBA di depan Rektorat

Keluarga Besar Heler

Mandi Bareng di Penumpasan

Muktadi Amri Assiddiqi

Narsis Rumah Jorogrand

Pramusta Bapewil IV Ikahimki

Upgreding Bapewil IV Ikahimki di Pantai Papuma

"Rindu"

Malam ini
Dia terlelap
Terjaga dalam selimut malam
Menari-nari di taman mimpi

Malam ini
Pesonanya kian memancar
Bersinar bagaikan kunang-kunang
Terbang melayang di tengah gulita

Malam ini
Bintang-bintang tertawa
Purnama tersenyum di sana
Lihatlah! Angkasa sedang bercerita

Malam ini
Hembusan angin selembut sutera
Daun-daun menyapa dari balik jendela
Padang ilalang goyang bersama
Bergeraklah! Hutan berdansa pula

Malam ini
Debur ombak bercanda di bahu karang
Bergulung gemuruh di hamparan pasir
Buih-buih yang sejenak terdampar
Dengarlah! pantai ini bernyanyi

Malam ini
Bunga-bunga tak sabar menanti fajar
Radar kelelawar pun terbuka lebar
Hingga mentari senyum kembali
Rasakanlah! Dunia sedang menyapa


Selembar malam
Hanya untukmu
Dari rindu yang sedang memburu


"Seperti di Tengah Belantara"

pohon-pepohonan ditanam pilah-pilih
yang tak berguna dibuang seperti sampah
hutan buatan ditimang bak anak asuh
batang gelondongan terapung siap dikayuh

hewan-hewan bingung tak tahu arah
menapaki semak belukar sampai terengah-engah
mencari pelindung di hutan lindung
sebab saudaranya bengong di dalam kurung

kebun binatang mulai meradang
penghuni bilik tak lagi garang
jatah makan dirubung lambung kenyang
mimpi buruk pun menyerang dari belakang

burung-burung berlatih di tangan mahir
mabuk kepayang nyanyikan petuah mandor
kicauan merdu hanya sebatas rindu
sayap berbulu seolah hiasan palsu

citra kambing sudah tak aman
sebab mengkambing hitamkan jadi senjata andalan
serigala berbulu domba turut rebut keuntungan
tak peduli lawan juga kawan asal kebagian

Oh belantara
Sampai kapan ini terjadi?



"Jejak Tertahan"

Dari fajar hingga senja
   Berjuang melawan diri
   Mengekang serpihan kotoran
   Yang bercongkol dalam pikiran
   Yang berlapis dalam dada

Dari sanalah mulai terbuka
Tak ada yang berbeda
Apalagi terpisah

Dari fajar hingga senja
   Menundukkan diri
   Merengkuh derajat tinggi
   Tanpa iri dengki
   Tanpa caci maki
   Apalagi berbangga hati

Dari fajar hingga senja
   Mengembara dengan nafas puasa
   Menapaki ruas jalan
   Hanya untuk ridho yang kuasa

Dari fajar berjumpa senja
   Menghamba menjadi yg dicinta
   Seperti yang telah dicontohkannya
   Bukan yang dimurka
   Bukan pula yang tersesat

"Air"

Segar hembusan angin pagi
Kala jendela mulai terbuka
Seperti terlahir kembali
Bahagia tiada tara

Sembari melepas dahaga
Seteguk air begitu berharga
Hibernasi istilah orang kimia

Nun jauh di seberang sana
Setetes H2O seperti mutiara
Sebab begitu sulit meraihnya
Namun
Lain halnya di halaman kami
Air mancur bergaya tiada henti
Kolam renang bagaikan samudera

Beda dengan negeri tetangga
Mata air warga dijual ke mana-mana
Sering pula menjadi sumber air mata

Ada juga yang meronta-ronta
Seolah banjir langganan saja
Dan
Tsunami datang secara tiba-tiba

"Sahabat Pena"

suaramu sembunyi dibalik sunyi
namamu tertulis di nisan bakti
memorimu termangu dari hari ke hari
senyummu terlukis di paras pertiwi
semangatmu berkobar lintas generasi
warnamu haru biru perisai sakti
bintangmu kelap kelip malam hari

Wahai sahabat pena
Ajari kami tentang tinta
Kata tak lagi bermakna

Wahai sahabat pena
Ajari kami tentang cerita
Sebab bicara tak lagi bermakna

Wahai sahabat pena
Ajari kami tentang persepsi
Sebab ilusi menjadi-jadi

Wahai sahabat pena
Ajari kami tentang teori
Konsepsi seperti buah manipulasi

Wahai sahabat pena
Ajari kami tentang lembar data
Realita seperti racikan rekayasa

Oh sahabat pena
Dimanakah engkau berada

Apakah engkau lupa...





"Berlalu"

Lompat melompat
katak pun terus melompat
meski ruas tambah lebar
aspal semakin menebal
cahaya terang benderang

lompat melompat
langkah sudah tak terbilang
meski aral menghadang
roda kendaraan melintang
getir nadi tak hilang

hingga terlindas
menjadi mayat berserakan

akhirnya
hanya nama yang berlalu
tinggal lah fosil masa lampau
dan kenangan masa lalu