Papuma Beach

Barisan Pemimpin Masa Depan

HIMASKA "Helium"

Khotmil Qur'an dan Tumpengan

Kelas A 2008

Jalan-jalan ke Candi Badut+makan bareng

Perpisahan Kelas

Foto bareng di depan Fakultas Saintek

Kelas B-4 PKPBA

Kuliah PKPBA di depan Rektorat

Keluarga Besar Heler

Mandi Bareng di Penumpasan

Muktadi Amri Assiddiqi

Narsis Rumah Jorogrand

Pramusta Bapewil IV Ikahimki

Upgreding Bapewil IV Ikahimki di Pantai Papuma

"Muara"

Ku buka jendela dunia dengan mata raja
Ku ceritakan jejak kaki mereka dengan belahannya
Ku lukis kuasa dengan buah karya
Ku bagi rasa dengan cita penuh cipta
Ku hirup gaya dan ide berjuta bahasa
Ku dengar setiap nada beribu makna
Ku baca lembaran nyata tragedi suatu masa
Ku raba kelembutan jiwa dengan tangan dewa
Ku pegang wahana ungkapan rasa dan karsa
Ku tunjuk satu bintang wakil nyata
Ku raih mutiara dengan ikatan tali bersama
Ku kubur fatamorgana ego semata hanyalah untuk segalanya
Ku harap semua kembali padanya.

"Tanda Tanya"

Apakah kami berhak menerima buah tangan dari yg tersembunyi-??
Apakah kami benar jika iri pada bingkisan yang dibungkus kebohongan-??
Apakah kami tidak keliru menjual nama Tuhan demi ketenangan dan kesenangan-??
Apakah sopan kami menolak suatu gelar dan penghargaan-??
Apakah baik kami mengintip lembaran kunci demi kebenaran-??
Apakah adil kami menyerahkan urat nadi pda hal yg tidak setimpal-??
Apakah wajar kami berbeda walaupun bermaksud sama-??
Apakah salah kami berbeda di tengah kenyataan yang ada-??
Apakah naif ketika kami berusaha mncuri peluang demi kemenangan-??
Apakah bijak kami membubuhkan tinta yang sepihak-??
Apakah kotor kami berjuang di pinggir jalan-??
Apakah berdosa kami lemah dan memohon tangan terbuka rumah itu-??
Apakah payah jika kami menuntut suatu kewajaran-??
apakah lumrah jika kami memohon penghormatan-??
apakah hal nihil kalau kami berharap dianggap ada-??

"Hari Kemenangan"

Angin malam mulai menusuk raga
terdengar alunan suci dari balik dinding tua
semua berlomba mendapatkan cahaya dan nikmatNya
dibilik lain ditengah aula mereka membuka jendela dunia
menuturkan cerita tentang aneka bangsa
harga si "merah" melonjak adalah bagian dari rekayasanya
tubuh besar menjadi sasaran empuknya
bukan karena fisiknya melainkan nilainya
namun semua pinter menyembunyikan kebenarannya
kompetisi prestisius seakan menjadi motornya
tak ada yang lebih berharga dibandingkan mendapatkannya
bulan besar seakan menjadi ladang menanam benihnya
tanpa ragu dan khawatir dengan perubahan niatnya
tanpa takut akan ancamanNya
padahal janjiNya pasti benar ada
Perayaan menjadi momen berharga dan refleksi diri baginya
jika semua berkaca akan jejak pendahulunya
kembali menuju satu rasa dan asa
itulah harapan nyata kita semua