Suatu reaksi pengendapan dapat
dikatakan berkesudahan, jika kelarutan endapannya cukup kecil. Di dekat titik
ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang dititrasi akan mengalami
perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang
mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan
saat tercapai titik ekivalen pada titrasi pengendapan:
1. Dengan pembentukan
endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan
persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs
(cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering
digunakan klor, karena harganya murah dan mempunyai daya disinfeksikan sampai
beberapa jam setelah pembubuhan (residu klor). Selama proses tersebut klor
direduksi hingga menjadi klorida (Cl-)
yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl,
NHCl2, NCl3). Klor terikat mempunyai daya disinfektan
yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan
endapan berwarna (cara Mohr) akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode
Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Pada titrasi
ion Ag yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat
nitrat atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang
cocok, metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida
yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih
larut dibanding endapan warna yang terbentuk selama titrasi. Titrasi
dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit
alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk
dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- ↔ CrO72-
+ H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama
larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan
alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan
dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan
tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena
perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak
memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl
sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar
bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral
atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan
indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh
ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator
digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang
dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau
agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna,
ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat
uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan
persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard) kesalahan pada titik akhir
sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok dengan kuat pada titik akhir, agar
Ag+ yang teradsorpsi pada endapan dapat diadsorpsi. Metode Volhard
didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam asam nitrit, dengan ion
besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode
Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida mengingat titrasinya
dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan kation yang lazim
mengganggu dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator
adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang
mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna
dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna,
sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada
endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada
permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah memberikan kesalahan yang
kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan
adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika
endapan memiliki luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas
jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Day R.A, Jr dan
A. L Underwood, Jr. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi Keenam. Penerjemah Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga.
Rivai,
Harizul.1995. Asas Pemeriksaan kimia.
Jakarta : UI-Press
Sholahuddin,
Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP UNLAM.