"Patung Gus Dur"

Di tangan sosok pemahat kayu
Sebatang jati jelma patungmu
Kau ditata olehnya sedemikian rupa
Bagai menimang-nimang anaknya
Sehingga pukau berlaksa-laksa mata

Suatu waktu, ketika dibuka bagi umum
Beragam muka menatapmu yang terus tersenyum
Kupu-kupu dan burung-burung
yang bertandang ke seberang taman
Merasa iri dengan warna warni orang yang berdatangan:
"Kok bisa rukun dan bersatu ya" tandas sang burung
"Seperti pelangi di sayapku saja" sahut kupu-kupu yang sedang terbang
"Andai, kita seperti mereka, taman pasti tak bakal murung" ucap anak burung

Ketika kerumunan berteduh di samping patung
Sang pemahat memilih bersandar di bawah pohon
Sembari melantunkan 'syiir tanpo waton'
Tiba-tiba air matanya jatuh
Katup suaranya terbuka begitu pelan: "Syukur kau datang"