Dari seruling bambu yang mengalun syahdu
Di halaman rumah tempo dulu
Tua muda pria wanita duduk bersama
Bercanda ria bertukar cerita
Sementara alam pun bernostalgia:
Kicauan burung-burung yang bertengger di ranting pohon
Bersahutan dengan Alunan bunyi dari gesekan dedaunan
Bertalu-talu laksana simfoni rindu
Di konser masyhur nan merdu
Lantaran rindu termangu di ujung rambut
Memori yang bersemayam kembali teringat
Seketika air mata mengalir pelan nan lembut
Kudekap erat waktu yang tersekat
Seakan diriku kembali sakau berat
Saat jiwaku terjerembab seketika ku teringat
Bahwa perpisahan dan perjumpaan cuma sesaat
Bahwa lupa dan ingat bergandeng erat
Bahwa paradoks adalah keniscayaan yang melekat: pun mengikat
Oh halamanku
Aku sungguh merindukanmu
Masihkah kau seperti yang dulu?