Berdiri gedung tua beratap segitiga
Kemiringannya serupa menara pisa
Di halamannya berkibar bendera pusaka
Warna dindingnya pudar dimakan usia
Untuk sampai menyentuh gerbangnya
Anak-anak berangkat semenjak pagi buta
Berjalan melewati setapak berhasta-hasta
Kadang-kadang duri-duri bersembunyi Merasuk memeram diri dalam kulit ari
Kemudian membusuk seperti erupsi gunung berapi
Kadang-kadang tersandung kerikil dan batu
Memetakan luka menganga juga membiru
Kadang-kadang terguyur hujan tersengat panas
Meninggalkan belang dan demam mengganas
Semuanya datang kemudian hilang
Seperti siklus berulang-ulang
Namun terus tegar dan sabar
Karena imam syafi'i pernah berkata:
"Jika tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka terimalah perihnya kebodohan"
Karena memang semuanya perlu proses
Ada yang memikul tulang
Melawan badai gelombang
Walau nyawa yang akan hilang
Ada yang mengejar ijasah
Menukar nominal dengan kertas
Supaya status lebih berkelas
Ada yang menambatkan diri
Mengabdi tiada henti
Meski tetap bersanding sepi
Ada yang membusungkan dada
Merasa serba mampu segalanya
Sementara yang lain dianggap kecambah muda
Ada yang merunduk seperti padi
Meskipun sudah lebat berisi
Dentang waktu berdengung lagi
Dan terus berulang kembali...
Bertahap-tahap dan berkelanjutan
Hingga kembali ke peraduan