Papuma Beach

Barisan Pemimpin Masa Depan

"Anak Kembala"

Di tengah asrinya sabana anak kembala berbaring berselimut angin Seluas pandang tumbuh ilalang di tepian Di sana sapi, kambing, kuda, dan domba  bercengkerama Menunduk pada hijaunya alam ketika lamunan sang pengembala melayang jauh Mimpinya menari-nari menyibak padang Lalu mengendap di daun-daun yang dikunyah hewan Wajahnya girang sebab perut asuhannya kenyang Sesekali mereka bersendawa bertukar cerita sembari melahap makanannya: "Tuan kita baik ya, sedia menunggang waktu hanya untuk mengasuh kita", kata sapi betina "kita tak pantas kurus...

"Negeri Tretetet"

Umtretetet Kata-kata yang buncah seketika Kala matamu menatap layar kaca Sambil menggeleng-gelengkan kepala Masih terus kau merapalnya Karena terheran Kuberanikan diri tuk bertanya: Hai, Saudara, kenapa kepalamu begitu? Umtretetet Negeri kita semakin aneh... Oladala Aneh-aneh saja kau ini Padahal tiada yang aneh dengan negeri ini Mungkin pikiranmu yang aneh Atau Memang yang tengah kau pikirkan yang aneh Umtretetet Yah..yah..yah.. Aneh ya! Hemmm... Keduanya gelengkan kep...

"Kalau hanya.."

Kalau hanya bungkus yang kau beri    Lantas akan terisi dengan apa? Kalau hanya isi yang kau cari    Lantas akan tertutup dengan apa? Bukankah pada keduanya tersimpan suatu rahasia? Kalau hanya dunia yang kau puja    Lantas di alam baka kan peroleh apa? Kalau hanya akhirat yang kau damba    Lantas persiapan di duniamu bagaimana? Bukankah keduanya terikat oleh suatu sekat? Iya Kalau hanya...

"Pesan dari langit"

Menerka senja Pesan awan di balik hu...

"Patung Gus Dur"

Di tangan sosok pemahat kayu Sebatang jati jelma patungmu Kau ditata olehnya sedemikian rupa Bagai menimang-nimang anaknya Sehingga pukau berlaksa-laksa mata Suatu waktu, ketika dibuka bagi umum Beragam muka menatapmu yang terus tersenyum Kupu-kupu dan burung-burung yang bertandang ke seberang taman Merasa iri dengan warna warni orang yang berdatangan: "Kok bisa rukun dan bersatu ya" tandas sang burung "Seperti pelangi di sayapku saja" sahut kupu-kupu yang sedang terbang "Andai, kita seperti mereka, taman pasti tak bakal murung" ucap anak burung Ketika...

"Jembatan waktu"

Bulan berjalan begitu cepat Purnama termangu di ujung tongkat Dentang arloji masih presisi dan tepat Namun langkahku serasa tersendat-sendat Kalender terbata-bata menerangkan semua Semenjak januari sampai desember menua Beraneka warna terekam ingatan purba Parade kisah dirundung kasih Rajut cerita dirubung berita Pesona rupa ditumpang citra Balada lama didekap mala Catatan baru disergap haru Deretan sarat diseret hasrat Tatkala musim hampir berakhir Tak sengaja kita bertatap muka Lantas gelas waktu ikut berkelakar Di atas meja rindu peraduan...

"Akademia 2"

Di seberang sungai pinggiran desa Berdiri gedung tua beratap segitiga Kemiringannya serupa menara pisa Di halamannya berkibar bendera pusaka Warna dindingnya pudar dimakan usia Untuk sampai menyentuh gerbangnya Anak-anak berangkat semenjak pagi buta Berjalan melewati setapak berhasta-hasta Kadang-kadang duri-duri bersembunyi Merasuk memeram diri dalam kulit ari Kemudian membusuk seperti erupsi gunung berapi Kadang-kadang tersandung kerikil dan batu Memetakan luka menganga juga membiru Kadang-kadang terguyur hujan tersengat panas Meninggalkan belang...

Pesan Rindu

Benih cahaya di depan mata Di sanalah terbitnya pelita Muhammad bin Abdullah namanya Pencerah untuk alam semesta Ketika waktunya tiba: Orang-orang berduyun-duyun merayakan hadirnya Lantunan shalawat menggema dimana-mana Getar asma terdengar sampai  angkasa Jagat raya sungguh mendambanya Desau angin bercerita: Umat islam sedang berlomba-lomba Menghadap Tuhan yang mahaesa Pendulum waktu berdenyut lembut Selembut kalimat jelma azimat Andai kami merupa sepertimu Sudah persiskah dengan perangaimu? Andai kami mengklaim sama denganmu Sudah persiskah...

"Halaman"

Nada sendu nyanyian rindu Dari seruling bambu yang mengalun syahdu Di halaman rumah tempo dulu Tua muda pria wanita duduk bersama Bercanda ria bertukar cerita Sementara alam pun bernostalgia: Kicauan burung-burung yang bertengger di ranting pohon Bersahutan dengan Alunan bunyi dari gesekan dedaunan Bertalu-talu laksana simfoni rindu Di konser masyhur nan merdu Lantaran rindu termangu di ujung rambut Memori yang bersemayam kembali teringat Seketika air mata mengalir pelan nan lembut Kudekap erat waktu yang tersekat Seakan diriku kembali sakau...

"Terasing dari Tanah Sendiri"

Ketika kubuka mata pena Sinar surya telah beranjak dewasa Sedang badanku masih tak berdaya Lantaran terjebak mimpi di alam sana Segaris cahaya menjalar dari sela jendela Sedang diriku tengah berselimut gelap Bersahabat dekat dengan kamar persegi yang pengap Ketika media sosial berdering kencang Badanku terbang melesat kencang Jari jemari meraba ke tiap lekukan Maka dunia maya terasa lebih nyata Ketimbang ruang bertatap muka Jauh di dalam sana Sosialita tampak akrab dengan tetangganya Entah belum atau telah dikenalnya Entah dari lawan atau kawannya Entah...

"Akademia"

Terik hari masih menganga Memeram diri di lapis berongga Di antara tas dan buku yang kubawa Di dalam pena yang penuh tinta Di lembaran yang terukir kata-kata Di punggung batu dan kayu yang tertera rupa dan tanda Di pakaian dan jejak yang terbaring warna dan bahasa Dengannya aku merangkai ilmu Mengasah akal sebagai modal Supaya amal jelma bekal Saban hari memasuki kelas Menyemai diri di ruang luas nan bebas Di hadapan lembar papan pengantar Di atas bangku setegar tungku Di bawah atap peneduh acap Dengannya aku menjelajahi semesta Memintal karya...

"Sepedas Cabai Rawit"

Akulah si mungil dari sebidang tanah Yang bakal menjarah manismu ketika lengah Melumat bibirmu hingga memerah Walau kutahu kau tak segera pasrah Kala kulitku serupa lumut Kau lumat diriku sembari dihuni takut Ha hu ha hu tak lekas buat kau terhasut Ha hu ha hu tak kunjung buat kau bertaubat Kala bajuku berubah merah: cerah Kau kunyah badanku walau sedikit resah Ha hu ha hu tak cepat buat kau pasrah Ha hu ha hu tak langsung buat kau kalah Namun ketika musim tak bersahabat Kami melesat secepat kilat Seakan tengah mengendarai roket Padahal duduk...

"Sajak Gus Dur"

Kala hari sedang terik Pengembara cilik bernyanyi asyik Berarak epik bernada apik Di tengah rimba dia berjumpa si Puna: Hai kisanak Hendak Kemanakah paduka beranjak? Pakaianmu kumal tak seperti artis terkenal Wajahmu asing bagai turis keliling Bawaanmu sedikit seperti orang pelit Persis nasib rakyat yang terjepit oleh harga yang melangit Atau kau memang sengaja tidak mau terlena Apakah kau seorang pengelana? Sepertinya jejakmu ada dimana-mana Namun namamu sunyi dari berita Rupanya kau tak peduli citra Padahal banyak yang mencarinya Entah jiwamu...

"Gadis Penunggu"

Kududuk di atas kayu tua Menunggu hujan tak kunjung reda Dan kau hanya sedia Menata piring di atas meja Ketika pendatang berhamburan Kau bergegas menukil pertanyaan Mau pesan apa tuan? Senyummu menabur berlaksa kesan Sebab racikanmu terselip pesan Teduh wajahmu menebar tenang Sebab jamuanmu tertudung riang Tatkala pengelana telah berlalu Parasmu masih tertungkup malu Padahal kaulah pembilas pilu Padahal kaulah pembasuh ragu Ketika sunyi bersandar di bangku Kau tertunduk menatap buku Berlembar-lembar kau telusuri Berbaris-baris kau dalami Seakan-akan...

"Isyarat Malam"

Di bawah lampu temaram Khayalanku mengeram Terbayang parasmu yang rupawan Anganku terbang melintasi awan: Kau bagaikan isyarat kondang Di panggung sunyi yang kugoyang Di atas sana kau terekam Oleh selaksa mata yang memandang Ketika mata elang menikam tajam Kau mengelak mengibas senyuman Bagai sayembara di atas gelanggang Suara melayang-layang di relung malam Desau angin terkesiap kencang Daun-daun pun gugur beterbangan Segera kurangkul dirimu ke balik layar Lantas melesat serupa kelelawar Berbalik arah menjauhi relung sunyi Karena dawai pagi...