Catatan itu seperti terpahat sendiri
pada bahu waktu.
Meruang.
Meraung.
Mengungkap. Menangkap. Menganggap.
Mengurai dirinya sendiri.
Bagai seorang bayi merangkak. Duduk. Berdiri.
Melangkah. Berlari. Berhenti.
Catatan itu masih di sini
meski berulang kali
ada yang hidup dan mati.
Sampai nanti....
Papuma Beach
Barisan Pemimpin Masa Depan
HIMASKA "Helium"
Khotmil Qur'an dan Tumpengan
Kelas A 2008
Jalan-jalan ke Candi Badut+makan bareng
Perpisahan Kelas
Foto bareng di depan Fakultas Saintek
Kelas B-4 PKPBA
Kuliah PKPBA di depan Rektorat
Keluarga Besar Heler
Mandi Bareng di Penumpasan
Muktadi Amri Assiddiqi
Narsis Rumah Jorogrand
Pramusta Bapewil IV Ikahimki
Upgreding Bapewil IV Ikahimki di Pantai Papuma
"Kantung Hujan"
06.07
Corat-Coret
Ternyata ada kantung hujan
di bawah rindang matamu.
Sepertinya cukup tuk mengguyur kemarau di hatimu.
Pun dapat menghanyutkan gemerlap taburan bunga di wajahmu.
Kantung hujan
masih mengandung
dan menggantung.
Menunggu ka...
"Malam-malam"
05.54
Corat-Coret
Malam ini tak seperti
malam sebelumnya.
Begitu cerah, begitu pasrah.
Malam ini tak serupa
malam sebelumnya.
Begitu tenang, begitu menang.
Malam ini tak senada
malam sebelumnya.
Begitu buas, begitu waswas.
Malam ini tak setara
malam sebelumnya.
Begitu halus, begitu mulus.
Malam ini tak setingkat
malam sebelumnya.
Begitu cepat, begitu singkat.
Malam ini tak selevel
malam sebelumnya.
Begitu sintal, begitu kental
Malam ini bermalam
pada kamar itu
yang siap-siap mengantarnya
bercumbu menjadi sa...
"Teror"
05.24
Corat-Coret
Teror mendekor ketakutan.
Menelurkan cemas.
Menetaskan ganas.
Menumbuhkan panas.
Diam-diam. Pelan-pelan.
Ia terlahir laksana bayi benalu
yang lupa siapa ibu dan ayahnya.
Ia dibesarkan oleh pengasuh,
yang hanya kenal dirinya
yang hanya kenal bajunya
yang hanya kenal mainannya
yang hanya kenal sudut kamarnya
yang hanya kenal nganga rumahya.
Sehingga ia hanya mirip dengannya.
Orang di luar sana terlihat aneh baginya, bahkan tak senada
butir-butir yang dipangku kepalanya.
Ia buang herannya...
"Langit Malam"
12.15
Corat-Coret
Awan-awan di langit malamku
berselimut kabut, abu-abu.
Meskipun begitu,
masih tak semeriah hamparan biru
di langit gundahku....
"Aku dan Rela"
09.09
Corat-Coret
Aku rela ditelan rindu.
Asal kau ada di situ.
Aku rela dihantam pelukan.
Asal kau jauh dari kecurigaan dan kebencian.
Aku rela diusung nasib.
Asal kau belum raib.
Aku rela dihunjam hasrat.
Asal kau peluk dalam nikmat.
Aku rela dijerat ragu.
Asal kau genggam erat aku.
Aku rela dicumbu candu.
Asal kau tiadakan aku.
Asal kau tahu.
Aku sedang yakinkan diriku.
Bahwa kau selalu tahu.
...
"Tanda Baca"
11.22
Corat-Coret
Aku merentangkan kalian
sampai titik tertentu.
Supaya mudah terbaca.
Supaya bisa mengenal rindu,
sebab tanpaku,
kalian hanyalah satu
yakni barisan bertumpu.
Aku seperti pembeda,
karena sejatinya tersusun
dari anasir yang tidak sama.
Hadirku bukan untuk meniadakan,
bukan pula untuk mengaburkan.
Namun sebagai pelita bagi kegelapan.
Aku adalah belantara tanda;
yang dapat kauungkap
yang dapat kautangkap
yang dapat kauanggap.
Asalkan dirimu selalu terbuka
mendarasnya sepenuh yang kaupunya.
Sebagian kita menepuk dada
di atas mimbar...
"Ah"
12.36
Corat-Coret
Ah,
apa yang keluar dari diriku
adalah dunia kosong
sedang,
dunia yang bebas dariku
adalah wujud dunia hampa.
Di luar daripada keduanya
adalah dunia yang menyatu
di luar batasku.
dan,
sela antara keduanya adalah dunia yang sama sekali tak kujangkau
Ah ...
"Baju Baru"
09.00
Corat-Coret
Esok aku akan mengembara
ke bilik-bilik dadamu
sebelum meliuk-liuk
mengikuti lekuk tubuhmu
yang telah layu
ditinggal pergi
oleh sejumlah tamu.
Tepat di tanggal itu
kuharap umurmu belum tanggal
sebab akan kubawakan baju baru
buat menutupi nganga masa lalu
di sekujur tubuhm...
"Ingat?"
10.26
Corat-Coret
Kekasih,
bukankah selalu ada Aku dalam pengakuan?
bukankah selalu ada Anda dalam pandang?
bukankah selalu ada Dia dalam diam?
Lalu,
kenapa kau meluapkan kealpaan?
Lalu,
kenapa mereka menapikan ketiadaan?
Lalu,
kenapa kita melupakan kehadiran?
Bukankah ...
Lalu ...
Berlalu ...
Ingat ....
"Kendali"
08.25
Corat-Coret
Barangkali suara yang sampai padamu kala itu
hanya kauanggap angin lalu.
Sebab kau lebih memilih api
meski kelak pasti membakar tuannya sendiri.
Padahal akan jauh lebih berseri,
jauh lebih syahdu.
Menangkap isyarat sanubari,
yang sungguh mampu
mengungkap berjuta-juta misteri.
Tapi,
pilihanmu mesti kuhargai,
mesti kupayungi.
Karena kau jauh lebih mengerti
betapa rawannya lepas kendali,
betapa gawatnya mati tanpa arti....
"Pahitmu: Aku"
10.38
Corat-Coret
Mari seduh duniamu,
racik di ceruk batinmu;
tuangkan pelan-pelan kristal jiwamu,
tambahkan bubuk nalurimu,
lumuri dengan sebagian samudera sukmamu.
Lalu,
hirup dalam-dalam dengan karsamu.
Cecap dengan ujung karyamu.
Teguk hingga ke dalam palungmu.
Akhirnya,
pekatmu adalah satu,
hitammu adalah rindu,
dan,
pahitmu adalah ak...
"Sandaran"
08.44
Corat-Coret
Entah kenapa kau tiba-tiba
ingin bersandar pada senja
yang muncul sekejap mata
Padahal bahuku terus terbuka
untuk kausinggahi kapan saja
Bukannya aku cemburu, kekasih
Tapi nadiku berdegup malu-malu
menunggu kaucumbu
karena sudah tak terhitung
berapa kali siang-petang muncul-tenggelam berulang-ulang
Asal kautahu
bahuku seperti dulu
meski tahu akhirnya layu...
"Mata, Tuan dan Puan"
09.14
Corat-Coret
Ada tuan-tuan bermain mata
Ada mata-mata bermain tuan
Ada puan memindah tuan
Ada tuan mengindah puan
Mataku hilang tuanku datang
Tuanku pulang mataku hilang
Tuanku garang memata-mataiku
Mataku girang menuan-nuankanku
Tuan menjadi teman mataku
Mata menjadi teman tuanku
Mata tuan merubah temanku
Teman tuan menabuh mataku
Namun tanpa mereka
mata-mata kekurangan mata
tuan-tuan kehilangan tuan
puan-puan kepunahan puan
Sedang dari sini,
mereka adalah seri
titik-titik seperti rasi...
"Jangkrik"
06.31
Corat-Coret
Suaramu kala itu
tak semerdu nyanyian jangkrik
di balik panggung sunyi
yang pernah membasuh keruhku
kembali murni
Tapi, suaramu tetap lah bunyi
yang pernah mendiami gendangku
yang sewaktu-waktu dapat kuulangi
terlebih lagi ketika ganjil dan san...
"Nasib Viral"
22.38
Corat-Coret
Nasib di antara dua dunia.
Belakangan, si viral mendulang tenar.
Gaungnya hendak melangkahi semar.
Walaupun terdengar samar-samar,
namun berlapis-lapis pula yang gemar.
Aneh. Tapi lumrah.
Hampir setiap saat,
Ia melompat secepat kilat
jungkir balik bolak-balik.
Lagi dan lagi.
Seakan dunia kian menyempit.
Seakan tuannya turut terbalik.
Berlabuh jauh. Teramat jauh.
Menatap diri.
Ia pun terheran-heran.
Padahal ia tak pernah turun tangan
apalagi memainkan peran.
Tetapi namanya terus terombang-ambing dalam ingatan.
Bagaikan perahu di tengah tarian...