Ketika pendulum waktu berlari:
Perayaan hari-hari besar bertamu lagi
Sorak sorai begitu ramai:
Hore...hore..hore...
Anak-anak berlari-lari kesana kemari
Wajah mereka berseri-seri
Bahagia tiada tara
Duka lara seakan tak terbaca
Itulah di negeri kami...
Sementara di negeri seberang
Anak-anak masih berjuang
Mencari riang yang hilang
Sebab perang masih meradang
Pelor senapan datang bagai angin topan
Rudal jatuh seperti rintik-rintik hujan
Bom hancur sekitar pun lebur lalu terkubur
Ranjau tanam bak sedang bercocok tanam
Begitulah balada nun jauh di sana..
Andai hari biasa tak berbisa
Tak seperti ular yang haus menikam mangsa
Andai jiwa masih lebih berharga
Dari sebarel minyak dunia
Dari secangkir air pelepas dahaga
Dari selembar kain yang menutupi raga
Dari sebongkah aksesoris penghias citra
Dari segenggam makanan penambah tenaga
Dari sebaris kata pelengkap fatwa
Dari seuntai ideologi pengikat dunia
Dalam hati bergejolak jua:
Ah, sepertinya kami terlalu mengada-ada
Bisa berdiri pada hari H
Sudah sangat luar biasa
Apalagi bisa menghamba pada Tuhan yang mahasuci
Kala nuansa seperti ini
Apakah kami terlalu bermimpi?
Berharap api lekas mati
Berharap padi segera berisi
Berharap tembok masih berdiri tegak
Berharap uluran tangan bukan dipermainkan
Berharap lelap tidak didera kalap
Ya Robbi 'izzati
Kami yang berdiam di sini
Melalui bait-bait sunyi
Berharap kalian seperti kami
Akankah selalu seperti ini?