Kaum bersarung datang berduyun-duyun
Menanggalkan kemul berbalik arah menuju surau
Surau sederhana bergaya lama
Di sanalah mereka berkumpul begitu lama
Lama menimba ilmu dengan bercengkrama bersama
Bersama-sama menangkap suara
Suara hati dan ilmu sang kyai
Kyai yang meneruskan ajaran nabi
Nabi terakhir yang kita teladani
Wajahnya berseri-seri
Seperti bunga di musim semi
Tidak seperti kami yang hanya terberi
Oleh ingin yang memoles diri dengan warna warni
Kami hanyalah kaum yang pandai mengaku
Merasa Dekat dengan sang kekasih hati
Yakni manusia biasa yang memang benar-benar manusia seperti kami
Ketika dihitung masa, dirunut sanad engkau terlampau jauh dari kami
Di sisi lain kami laksana ranting ke sekian
Dari selaksa cabang yang merenggang meninggalkan batang
Dari terusan yang mengalir dari hulu ke hilir
Di tengah perjalanan berbaur dengan batuan, limbah dan lumpur
Kami latah bersumpah atas nama ajaran yang kau bawa
Lantaran sebagian kitab telah kami baca
Karena rasanya semua ibadah sudah terlaksana
Sebab sepertinya kami di jalan yang sama
O sang pelita
Kaulah cahaya sehangat purnama
Kami begitu bangga akan pesona dunia
Merasa bangga selama berkuasa
Merasa mulia ketika dipuja
Merasa hina jika tidak punya apa-apa
Merasa hebat walau sedang tersesat
Merasa hidup selamanya padahal sedang lupa
O baginda shalawat serta salam bagimu
Kami sungguh merindukanmu
Engkau panutan, sementara kami sekedar simpatisan
Engkau panduan, sedang kami hanyalah partisipan
Engkau lentera, namun kami cuma pembias cahaya
Engkau memanusiakan manusia, tetapi kami menistakan sesama
Ya kekasih Allah
Akhlakmu luhur ketimbang sekian jiwa yang terlahir
Akankah syafaatmu menyertai kami?