Hey kau yang cinta tuna bukan tuna cinta
Lambaikan tanganmu
Angkat wajahmu
Busungkan dadamu
Buang ragu yang kau cumbu
Tunjukkan padanya
bahwa kau mampu
Tak terpedaya candu-candu
Hey kau yang buta asmara bukan asmara yang membabi buta
Lepaskan tanganmu
Bukalah matamu
Kepakkan sayapmu
Terbanglah semampumu
Taklukkan belenggu-belenggu di sekitar relungmu
Tunjukkan padanya
Bahwa kau kuat
Tak mudah terpikat
Apalagi terjerat
Oleh hasrat semu yang memikat
Hey kau yang buta aksara bukan aksara buta
Galilah akal budimu
Tajamkan indramu
Bentangkan cakrawalamu
Lunakkan karsamu
Teguhkan mentalmu
Besarkan jiwamu
Beritakan kepadanya
bahwa kau masih bisa
Tidak berhenti sampai disana
Hey kau yang buta karya bukan karya buta yang membutakan semua
Dayakan ilmumu
Cerminkan nuranimu
Rentangkan imajinasimu
Luweskan kreasimu
Kerahkan segenap kuasamu
Perlihatkan kepadanya
bahwa kau masih sedia
Tak berakhir di nafas terakhir
Wahai kau yang ada di sini dan di sana
Kukirimkan segenap surat yang telah terpenggal
Di antara ruang mewaktu dan waktu meruang
Semoga bisa menjadi bekal
Meski tak akan pernah kekal
Oleh karenanya,
teruslah berjuang mengarungi semesta
Kemudian ajarkan kepadanya
Tentang yang ada dan yang tiada
Dan tentang semua
Dengan sederhana.
[Malang, 21 April]