Akhir-akhir ini media cukup fokus dengan drama sidang pembunuhan dengan racun sianida. Sidang tersebut akhirnya sampai juga di babak akhir, vonis. Sidang yang panjang dan melelahkan bagi keluarga korban, tersangka, jaksa dan hakim. Juga bagi penonton yang berada di luar sana. Seakan-akan sidang ini berkata, "Maaf! Jangan ganggu, sedang ada sidang".
Sidang tersebut menjadi menu utama yang menyembunyikan persoalan yang lain. Padahal di luar sana banyak kasus yang boleh jadi lebih menarik, menegangkan, menyenangkan bahkan memperihatinkan yang layak disiarkan. Namun yang pantas menurut kita, belum tentu layak menurut media.
Melihat sidang tersebut mngingatkan penulis pada salah satu komik jepang karya Gosho Aoyama, detectif conan. Di beberapa episode, ada kasus pembunuhan yang menggunakan racun seperti pada kasus jesica-mirna. Di adegannya pertemanan mereka tampak biasa-biasa saja. Namun di tengah pesta jamuan makan, salah satu dari mereka tersungkur setelah mengkonsumsi hidangan di atas meja tersebut. Seketika yang ada di sana berakting sebaik mungkin agar tidak dituduh sebagai pelakunya.
Dalam adegan tersebut teman-temannya ada yang segera menyentuh korban, yang lain nelepon polisi, yang lain masih berdiri di sekitar korban. Untuk menghindari kontak langsung dengan korban, teman-temannya diinterogasi di ruangan yang berbeda. Tidak ketinggalan conan sebagai tokoh utama, selalu mendengarkan informasi proses penyelidikan dan pencarian bukti. Bahkan conan mencari titik celah yang bisa menjadi bukti utama dan penentu.
Conan memang anak nakal yang suka berkeliaran mencari kebenaran. Pikirannya kian tajam ketika membelah bias deduksi dan area samar yang ditinggalkan pelaku. Apa yang dilakukan tak ubahnya untuk segera menuntaskan perkara yang telah terjadi. Tanpa membiarkannya mengambang dan dicampuri tangan-tangan yang berpihak pada kesalahan. Misalnya penghilangan bukti utama dan saksi kunci.
Melihat kemiripan yang terjadi pada kasus jesica dan serial conan. Penulis memandang bahwa ada bagian yang sengaja ditutupi dengan baik oleh pelaku yakni bukti utama seperti sedotan, CCTV, gelas, tisue, wadah, celana dan karyawan. Sedangkan bukti yang lain dan keterangan saksi ahli yang profesional merupakan tambahan semata. Misalnya profil personal, hubungan antar pribadi, rutinitas serta komunikasi yang terjalin antara keluarga dan teman dekatnya. Hal ini bisa dilakukan dengan mendata faktor seperti manusia, waktu, tempat, peristiwa, komunikasi dan konflik.
Kasus pembunuhan dengan menggunakan racun, bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, Munir juga dibunuh dengan racun arsenic ketika berada di dalam pesawat, dosisnya pun bisa dibilang tepat dan terencana dengan matang. Entah, karena banyak yang benci atau takut padanya.
Namun sampai sekarang kasus tersebut belum usai. Kalau dibuat drama persidangan seperti pada kasus jesica-mirna, mungkin sidangnya sudah ratusan atau bahkan ribuan kali. Kalau ada conan di dunia nyata mungkin sudah bisa dipecahkan kasus pembunuhan seperti ini. Lantas harus menunggu tokoh fiktif untuk memecahkan misteri ini, itu tidak mungkin. Karena ini bukan kasus fiktif namun kejadian nyata yang difiksikan oleh pihak tertentu.
Di sisi lain, penulis juga membayangkan adanya keterlibatan organisasi hitam (baca: mafia kasus dan mafia fakta) yang sengaja membuat kita semua bingung dan jenuh. Kalau dilihat sekilas bahwa kedua pembunuhan tersebut diawali oleh unsur kedekatan, kebencian, ketakutan dan kesempatan. Bisa jadi hal tersebut yang melatar belakangi niat untuk melakukan pembunuhan.
Saat mengerjakan tulisan ini pun, asumsi di ruang publik kian bermunculan. Di antaranya: apakah jesica benar-benar bersalah? Bisa jadi orang lain yang melakukannya? Kalau iya, Atas inisiatifnya sendiri atau disuruh orang lain? apakah alasan utamanya hanya karena pernah sakit hati, benci, atau alasan besar lain? Informasi apakah yang belum publik ketahui dari keduanya? apakah ini hanya pembunuhan biasa atau pembunuhan luar biasa? Dan lain-lain.
Namun semua ini hanya bisa dijawab oleh pihak yang berwenang melalui pengadilan dan kejujuran. Kasus Jesica-mirna berakhir di meja hijau dengan vonis 20 Tahun penjara. Tentunya vonis ini mengundang respon positif dan negatif baik dari simpatisan kedua belah pihak, pengacara, pengamat dan masyarakat luas. Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan drama tersebut.
Drama racun ini bukan lagi menjadi racun bagi kedua belah pihak, tetapi juga meracuni pikiran khalayak ramai dengan asumsi yang beragam dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Rasa simpatik kita juga akan terus berada dalam kebimbangan dan ketidak percayaan. Pada akhirnya drama ini akan semakin berkembang dan rumit jika tidak segera disudahi. Semoga saja racun ini tidak merasuk ke hati nurani kita, sebagai senjata yang memusnahkan. Meski demikian, kasus ini bisa membawa pelajaran dan perbaikan di kemudian hari. Semoga saja.
Sidang tersebut menjadi menu utama yang menyembunyikan persoalan yang lain. Padahal di luar sana banyak kasus yang boleh jadi lebih menarik, menegangkan, menyenangkan bahkan memperihatinkan yang layak disiarkan. Namun yang pantas menurut kita, belum tentu layak menurut media.
Melihat sidang tersebut mngingatkan penulis pada salah satu komik jepang karya Gosho Aoyama, detectif conan. Di beberapa episode, ada kasus pembunuhan yang menggunakan racun seperti pada kasus jesica-mirna. Di adegannya pertemanan mereka tampak biasa-biasa saja. Namun di tengah pesta jamuan makan, salah satu dari mereka tersungkur setelah mengkonsumsi hidangan di atas meja tersebut. Seketika yang ada di sana berakting sebaik mungkin agar tidak dituduh sebagai pelakunya.
Dalam adegan tersebut teman-temannya ada yang segera menyentuh korban, yang lain nelepon polisi, yang lain masih berdiri di sekitar korban. Untuk menghindari kontak langsung dengan korban, teman-temannya diinterogasi di ruangan yang berbeda. Tidak ketinggalan conan sebagai tokoh utama, selalu mendengarkan informasi proses penyelidikan dan pencarian bukti. Bahkan conan mencari titik celah yang bisa menjadi bukti utama dan penentu.
Conan memang anak nakal yang suka berkeliaran mencari kebenaran. Pikirannya kian tajam ketika membelah bias deduksi dan area samar yang ditinggalkan pelaku. Apa yang dilakukan tak ubahnya untuk segera menuntaskan perkara yang telah terjadi. Tanpa membiarkannya mengambang dan dicampuri tangan-tangan yang berpihak pada kesalahan. Misalnya penghilangan bukti utama dan saksi kunci.
Melihat kemiripan yang terjadi pada kasus jesica dan serial conan. Penulis memandang bahwa ada bagian yang sengaja ditutupi dengan baik oleh pelaku yakni bukti utama seperti sedotan, CCTV, gelas, tisue, wadah, celana dan karyawan. Sedangkan bukti yang lain dan keterangan saksi ahli yang profesional merupakan tambahan semata. Misalnya profil personal, hubungan antar pribadi, rutinitas serta komunikasi yang terjalin antara keluarga dan teman dekatnya. Hal ini bisa dilakukan dengan mendata faktor seperti manusia, waktu, tempat, peristiwa, komunikasi dan konflik.
Kasus pembunuhan dengan menggunakan racun, bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, Munir juga dibunuh dengan racun arsenic ketika berada di dalam pesawat, dosisnya pun bisa dibilang tepat dan terencana dengan matang. Entah, karena banyak yang benci atau takut padanya.
Namun sampai sekarang kasus tersebut belum usai. Kalau dibuat drama persidangan seperti pada kasus jesica-mirna, mungkin sidangnya sudah ratusan atau bahkan ribuan kali. Kalau ada conan di dunia nyata mungkin sudah bisa dipecahkan kasus pembunuhan seperti ini. Lantas harus menunggu tokoh fiktif untuk memecahkan misteri ini, itu tidak mungkin. Karena ini bukan kasus fiktif namun kejadian nyata yang difiksikan oleh pihak tertentu.
Di sisi lain, penulis juga membayangkan adanya keterlibatan organisasi hitam (baca: mafia kasus dan mafia fakta) yang sengaja membuat kita semua bingung dan jenuh. Kalau dilihat sekilas bahwa kedua pembunuhan tersebut diawali oleh unsur kedekatan, kebencian, ketakutan dan kesempatan. Bisa jadi hal tersebut yang melatar belakangi niat untuk melakukan pembunuhan.
Saat mengerjakan tulisan ini pun, asumsi di ruang publik kian bermunculan. Di antaranya: apakah jesica benar-benar bersalah? Bisa jadi orang lain yang melakukannya? Kalau iya, Atas inisiatifnya sendiri atau disuruh orang lain? apakah alasan utamanya hanya karena pernah sakit hati, benci, atau alasan besar lain? Informasi apakah yang belum publik ketahui dari keduanya? apakah ini hanya pembunuhan biasa atau pembunuhan luar biasa? Dan lain-lain.
Namun semua ini hanya bisa dijawab oleh pihak yang berwenang melalui pengadilan dan kejujuran. Kasus Jesica-mirna berakhir di meja hijau dengan vonis 20 Tahun penjara. Tentunya vonis ini mengundang respon positif dan negatif baik dari simpatisan kedua belah pihak, pengacara, pengamat dan masyarakat luas. Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan drama tersebut.
Drama racun ini bukan lagi menjadi racun bagi kedua belah pihak, tetapi juga meracuni pikiran khalayak ramai dengan asumsi yang beragam dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Rasa simpatik kita juga akan terus berada dalam kebimbangan dan ketidak percayaan. Pada akhirnya drama ini akan semakin berkembang dan rumit jika tidak segera disudahi. Semoga saja racun ini tidak merasuk ke hati nurani kita, sebagai senjata yang memusnahkan. Meski demikian, kasus ini bisa membawa pelajaran dan perbaikan di kemudian hari. Semoga saja.