Selintas pandang di seberang jalan
wajahmu masih terpasang.
Memancar sinar, mengundang.
Entah, sampai kapan mampu bertahan
menghuni papan tambatan
dalam kesendirian.
Menjelang tanggal;
aneka momentum bertandang
bayang panjang seliweran menjuru sarang
memburu bidak-bidak tunggal
agar geming tak kenal kata tertinggal.
Burung-burung berdendang.
Butir embun bergegas pulang
mengemas malam dalam kardus siang.
Hangatnya terngiang-ngiang.
Menyusup pori-pori, menyusun belulang.
Tanggal telah tanggal
gugur ke dalam pangkuan.
Wajahmu yang tipis ditarik-turunkan, oleh tangan kanan yang sedari awal memasang badan.
Tapi kemudian dijadikan lesehan pada sebuah ritual.
Sementara nun di seberang
kerlap-kerlip gelas perayaan bergoyang-goyang.
Tumpah-ruah menyesakkan jalan
hanya menyisakan istana keranjingan
dan aroma kerancuan.
Poster wajahmu memudar
bagaikan pupur yang luntur
karena mukamu hendak muncul
walau pernah sebeku kubangan lumpur
Poster yang lalu terharu-biru
Ketika terpasang lagi poster baru
"Yaaah, padahal tak lucu, cukup lah hanya aku..."