Dengan mata tertutup
Mulut dikunci rapat
Tangan di ikat erat
Hanya terdengar suara bisikan
Langkah yang agak berat
Lalu ku digiring entah kemana
Sampai akhirnya menjelma
di tengah ruang minim cahaya
Semua tampak gelap
Baunya pengap
Tanpa tikar
Tanpa hiasan
Tanpa perabotan
Rupanya Ku di buang dari tatapan
Beranjak ke ruang ratapan
Hujatan tiada terlewatkan
Ancaman tiada ketinggalan
Peluru datang bagai sengatan
Ditendang ditekan santapan harian
Dilecehkan diabaikan menu tambahan
Terkadang berjumpa penyesalan
Hari berganti hari
Ukiran dinding penghitung hari
Berjalan tanpa disadari
Bertahan dari gelombang takut
Senandung Batin yang karut marut
Cemas yang kian larut
Ketika suara sumbang menjemput
Rasanya urat ku dicabut
Tercerabut lalu hanyut
Sepanjang cerita ku lukis semesta
Darah luka sebagai tintanya
Tulang belulang tiang kuasnya
Tubuh ringkihku lembar medianya
Sampai akhirnya
Angan-angan yang terdalam bersuara
Hanya ini yang ku wariskan
Nyanyian klasik yang mengusik
Walau Tak terbayang olehku
Waktu kan mengingatku
Ataukah lantas melupakanku
Biarlah
Ku serahkan semua
Hingga ada jawabannya