"Secangkir Kopi Nusantara"

Bapakku pak bajo
petani yang mengabdi
Tanam padi tuk makan sehari-hari
Ragam varian sebagai modal anak istri
Sebagian mengisi pasokan negeri

Namaku arta putra kedua paling beda
Rambutku kriwul terbang semaunya
Gayaku cukup sederhana alias natural
Namun impianku jadi nomor setunggal

Gubukku sepetak tanah mendayu seperti omah kayu
Tetanggaku si peyot senang kerja bakti
Temanku kang Unyuk akrab dengan tradisi
Melek teknologi berisi seperti padi

Kakekku Satibi tak sembunyi dibalik keriput
Tanpa mengeluh seolah tak kenal rumit
Menguras parit yang semakin sempit
leluasa tanpa bayang semu yang menguntit

Gengku bhineka mangkal di pelataran nusantara
Jutaan karya tercipta di tangan mereka
Ribuan bangsa terpaku gelengkan kepala
Namanya mulai diperhitungkan dimana-mana

Basecampku laiknya graha rakyat jelata
Tampak seadanya seakan tak terjaga
Dindingnya unik bertabur warna
"Dari Dia, oleh kita, bagi semua" terbaring disana

Di pojok teras bunga-bunga tersipu malu
Wanginya pudar tak lagi kemayu
Akar dan mahkota dirampas bagai hantu
Kini engkau hanyalah kembang layu

Pak Su ketua RT-ku kocak juga ramah
Senyumnya murah tak bikin jengah
Jas berkerah setia kala bersih-bersih sampah
Sosok amanah enggan marah juga sumpah serapah

"Negeri ini milik siapa? Sahutnya kala diskusi
(Secangkir kopi temani kumpul warga pagi hari)
Indonesia gemah ripah loh jinawi
Bukan ambisi menjarah lumbung sendiri
Seperti parasit sedang berkoloni

Seperti orang yang tak tahu diri
Ataukah
Sengaja lupa pada ibu pertiwi
Entahlah...