Pintu ku tarik pelan-pelan
Sambil bersiul ku buka kran
Gemercik air temani tong kosong dengan merdu
Semua mulai liar tak terkendali
Busa sabun jejali kulit kasarku
Tangan usilku jelajahi ujung ke ujung
Ribuan mata mengintip celah angin
Mulut berbusa seperti lidah ular berbisa
Menikam gerak terkulai lemas
Nyanyian sahdu dari balik kamar kosong
Menggoda angin napas yang mendesah
Darah berpacu seakan balapan liar
Jantung berdebar bak genderang perang
Tak terasa air bercucuran ke selokan
Seperti tsunami hantam daratan
Kikis permukaan tebar ketakutan
Tak ada yang salah pikirku
Damaiku tak mengganggu kamar lain
Angan lepasnya nodai lamunanku
Tak ada yang benar gumamku
Waktu berlari kejar hasrat mereka
Desah lirih sendu koyak dalam resah
Dia memakiku dalam tenang
Aku menyanjungnya dengan sindiran