Papuma Beach

Barisan Pemimpin Masa Depan

"Kampung Halaman"

Halaman pertama: Duduk bersama Halaman kedua: Duduk bersama melingkari waktu Halaman ketiga: Duduk bersama melingkari waktu sembari menghafal rindu Halaman keempat: Duduk bersama melingkari rindu sembari merapal waktu Halaman kelima: Duduk bersama bersama-sama memeluk satu Halaman keenam: Kembali bersatu Halaman terakhir: Kembali Tenda Biru, 13 Desember 2...

"Pisau Dapur"

Dalam mimpiku yang damai, setelah datang suara lirih ibu. Diam-diam pisau yang kubungkus itu mengiris jemarinya. Darah mengucur bak air mancur. Kemudian diikat dengan plastik bekas bungkus infusku. Tiba-tiba ketika terbangun, tangannya sudah terbalut kasa dengan wajah pucat pasi. Persis seperti aku yang tersentak ketika berdiri di hadapan cermin depan kasur. Ternyata jari dan dadaku penuh dengan sayatan. Tenda Biru, 13-08-2019...

"Pakaian"

Pakaian kebesaranku dijahit oleh ibu dari urat tangannya. Warnanya yang merah merona dan penuh corak adalah bekas darahnya yang terserap. Baju itu hanya kupakai ketika momen-momen yang menentukan. Mulai dari pekerjaan dinas sampai perjalanan atas nama dinas. Mulai dari tugas ngurusin kantong sampai ngurasin kantor. Mulai dari peletakan batu pertama proyek untuk fasilitas umum sampai pengerukan batu sungai sebagai penghias taman pribadi. Mulai dari kumpul keluarga sampai pesta ria dengan mitra. Mulai dari perumusan regulasi sampai pemulusan reputasi. Pakaian...

"Telepon"

Telepon genggam yang kupegang sekarang adalah hadiah dari ibu karena aku jadi juara kelas. Meski terbilang jadul dan tidak keren tapi masih berfungsi dengan baik. Suatu hari telepon butut itu kuganti dengan yang paling baru dan canggih. Uang dari hasil diplomasi dengan ibu. Dengan telepon baru itu aku bisa mengakses segala informasi. Mulai dari yang biasa-biasa hingga yang aneh-aneh. Rasanya aku menjadi lebih canggih dari yang lain. Mulai dari bangun tidur sampai tidur, telepon itu selalu disampingku. Aku sangat bahagia dan merasa tidak kesepian...

"Koran"

Seorang anak kecil terbaring kaku di atas koran bekas. Di atas informasi itu ia meringkuk layu bagai roti yang basah kuyup. Tepat di samping kepalanya tergeletak buku 'Realitas sosial' beserta pensil kayu sepanjang lima senti. Entah ia peroleh dari mana. Yang jelas masih lebih mengkilap dari kaos yang melekat di badannya. Sembarang mimpi melangkahi tubuhnya yang dekil dan mungil. Sesekali kaki tangannya bergerak karena dirubung lalat. Ia pun kembali dari mimpinya dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian menulis kisah pada bibir jalan yang tidak...

"Kepingan Senja"

Senja di kening pantai Terbaring santai Seperti setangkai teratai Bersimpuh dalam damai Senja di ujung galah Berdiri meraih bungah Begitu resah, begitu pasrah Senja merapal mantra Suaranya tak tertangkap telinga Namun gelombang ekstase dibuatnya Senja melukis citra Gatranya tak terperangkap mata Namun cakrawala terbuai dibikinnya Senja memintal warna Ronanya tak terperanjat nuansa Namun figura terpana disulapnya Senja tumbuh dewasa    Dalam tangkup langit bertenda Senja semakin menua    Dalam lingkup horison bertanda Senja...