"Berebut Nomor Urut"

cuit... ciii.. cucuit..
sorak sorai bergemuruh
terpental dari dinding yang tersentuh
ketika paslonnya meracik teluh
di hadapan sayap yang tengah bertaruh

tuh, ini calonku, pantas peroleh nomor satu
   sembari menepuk dada dengan bangga
nah, itu calonku, cocok pegang nomor dua
   sembari memberi hormat dengan tunduk kepala
wah, dia calonku, tepat sekali dengan nomor tiga
   sembari menyampaikan salam dengan tepuk tangan

hore.. rehore.. horere
   calonku yang bakal menang
   suaranya pasti melampaui perhitungan
ya ding.. eh dong.. dung
   calonku tak mungkin kalah
   pemilihnya pasti melebihi perkiraan
duh.. aduh.. aduduh
   calonku tidak akan dapat diimbangi
   pencoblosnya pasti jauh di atas harapan

nomor urut... oh.. nomor urutku
kau memang cukup hebat
bikin urat kepala enggan mengkerut
bikin semangat cepat melesat
bikin hasrat dapat menjerat
bikin tenang kan menjadi berang
bikin awalnya rekat kembali bersekat
bikin yang lumpuh kan segera pulih

Di sisi lain sang calon terus memasang badan
memainkan peran
meneruskan percaturan
hingga samar-samar mana peran
dan
mana kenyataan

Sementara angka-angka mulai berbicara
dengan berlaksa tanda yang terbaca
dengan bahasa yang mudah diterka
hingga beragam tafsir bebas berkelana
hingga beraneka cara bebas mengembara
di antara kepastian yang tak kunjung tiba

Dan sampai pada akhirnya
ditebas oleh sebilah waktu
yang seringkali tak pandang bulu