Kala hari sedang terik
Seorang pengembara bernyanyi asyik
Berarak epik bernada apik
Di tengah rimba dia berjumpa gus dur:
Hai kisanak!
Hendak ke manakah paduka beranjak?
Pakaianmu kumal tak seperti artis terkenal
Wajahmu asing bagai turis keliling
Bawaanmu sedikit seperti orang pelit
Persis nasib rakyat yang terjepit
Oleh harga yang melangit
Atau
kau memang sengaja
tidak mau terlena
Apakah kau seorang pengelana?
Sepertinya jejakmu ada di mana-mana
Namun namamu sunyi dari berita
Rupanya kau tak peduli citra
Padahal banyak yang mencarinya
Entah jiwamu seperti apa
Tapi lihat pakaianmu cukup menutup raga
Wahai tuan
Apakah kau tidak punya jawaban
Atas sekian pertanyaan yang kuhaturkan?
Kenapa kau irit bicara?
Padahal lidah bisa menjadi senjata
Padahal dengan sepatah kata, dunia bisa goyah: pun patah
Padahal dengan setumpuk cerita belantara kepala di bawah kuasa
Padahal sekedar bersumpah
mampu merubah sejarah
Padahal hanya bergirang kalimat
kita dapat bersekat-sekat: pun saling sikat
Padahal diam tak cukup heroik
Membalik kelam jadi lebih baik
Bagaimana kau menjawab?
Sedang kau enggan berucap
Jangan-jangan kau takut dibekap
Jangan-jangan kau....
Gus Dur membuka mulut
Lantas menimpali dengan lembut:
Gitu aja kok repot
Duh... bagaimana tidak repot?
Sementara Saudaraku semakin geliat
Mencicip yang bukan miliknya
meski tertutup sangat rapat
Kerabatku merasa dialah segalanya
Di luar porosnya harus mengitarinya
Tetanggaku memintal berlaksa-laksa siasat
Supaya yang lain turut tersesat
Kerabatku pasrah menerka anugerah
Padahal ajal seluas sepetak tanah
Duh... bagaimana tidak repot?
Saat lapar dan dahaga meronta-ronta
Angin sebelumnya rela malah berubah tega
Saat hasrat datang menggoda
Badai ingin sekuat putaran angin
Saat ruang diukur dengan uang
Topan ganas setajam kerikil cadas
Saat sudut sempit dibuat terjepit
Udara bebas sesulit menarik napas
Gus dur hanya melempar senyum simpul
Kemudian membalas dengan simpel:
Gitu aja kok repot
Sepertinya kau sedang dahaga
Mungkin kau lapar juga
Nikmati sajian yang ada di sana
Jangan lupa bersyukur dan berdoa
"Duh Gus, kok repot-repot"
Lengking suaranya bergeming lembut
Namun badannya melesat cepat
Gus dur tiba-tiba berkata:
"Kalau kau sibuk, kapan kau sempat
Kau ini bagaimana atau aku yang harus bagaimana"
Dawuh gus mus dalam sajaknya
Diam-diam gus dur tersenyum
Dengan wajah bercahaya