Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada
syaraf. Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro
posphate (TEPP ). Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan-persimpangan
syaraf (neural jungstion) yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan
menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot.
Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya
sebagai insektisida. Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik
diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang.
Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi
diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang
dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan
kholinesterase dalam sel darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan
dalam waktu ± 2 minggu (Yusniati, 2008). Organofosfat dapat menurunkan populasi
serangga dengan cepat, persistensinya di lingkungan sedang sehingga
organofosfat secara bertahap dapat menggantikan organoklorin. Sampai saat ini
organofosfat masih merupakan insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh
dunia. Contoh : malathion, monokrotofos, paration, fosfamidon, bromofos,
diazinon, dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan lainnya.
2.
Senyawa Organoklorin
Pestisida
jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine. Golongan ini
paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan
syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak. insektisida
organoklor adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat yang sangat tahan
atau persisiten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan memiliki kelarutan
sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan terdegradasi yang lambat
(Ecobichon dalam Ruchicawat, 1996 dan Tarumingkeng, 1993). Insektisida ini
masih digunakan pada negara sedang berkembang terutama negara pada daerah
ekuator karena murah, efektif dan persisten. Contoh DDT, aldrin, dieldrin, BHC,
endrin, lindane, heptaklor, toksofin, pentaklorofenol dan beberapa lainnya.
Misal
: DDT
3.
Senyawa Arsenat
Asenat berspektrum luas untuk mengendalikan hama-hama penusuk-penghisap
dan pengunyah seperti aphids, thrips, larva Lepidoptera (termasuk ulat tanah),
penggorok daun dan wereng. LD50 (tikus) sekitar 1.030 – 1.147 mg/kg; LD50
dermal (kelinci) > 10.000 mg/kg menyebabkan iritasi ringan pada kulit
(kelinci). Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan
diarhoe yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian.
Pada keadaan kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati. Golongan senyawa
arsenik terdiri
dari
arsen trioksid,
kalium
arsenat, asam arsenat dan arsin gas.
4.
Senyawa Karbamat
Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah
menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti
senyawa organofospat.
insektisida
tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari jaringan sehingga tidak
terakumulasi dalam jaringan lemak dan susu seperti organoklorin. Umumnya
digunakan dalam rumah untuk penyemprotan nyamuk, kecoa, lalat, dan lain-lain.
Tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan Contoh: karbaril, metiokarb,
propoksur, aldikarb, metomil, oksamil, oksi karboksin, metil karbamat, dimetil
karbamat seperti bendiokarb, karbofuran, dimetilon, dioksikarb, dan oksikarboksin
Baygon, Sevin dan Isolan.
5.
Piretroid
Piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog)
dari piretrin. Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida
yang terdapat dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga
semacam krisan piretroid memiliki beberapa keunggulan, diantaranya
diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas,
tidak persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena
sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang tidak cocok
untuk program pengendalian hama terpadu (Djojosumarto, 1998).
Keunggulannya
karena memiliki pengaruh ”knock down” atau menjatuhkan serangga dengan
cepat, tingkat toksisitas rendah bagi manusia. Tetapi cepat perkembangan hama
baru yang tahan trhadap insektisida piretroid. Contoh : alletrin, bioalletrin,
sipermetrin, permetrin, dekametrin dan lain-lain.
Pestisida Yang
Berbahaya yang Bersifat Carsinogic Agent
Senyawa-senyawa pestisida yang telah diteliti dapat
menyebabkan atau menjadi pemicu timbulnya penyakit kanker adalah ada sekitat 51 buah termasuk
diantaranya yang sudah dikenal masyarakat seperti aldrin, carbaryl,
DDT, dieldrin, endosulfan,
formaldehyde, lindane, MPCA, parathion dan 2,4-D (Tabel 1).
Tabel Senyawa-senyawa pestisida yang telah terbukti dapat menjadi
factor penyebab penyakit
kanker (Carsinogenic agent) pada
hewan dan manusia
Bahan
aktif
|
Hewan
|
Manusia
|
Bahan
aktif
|
Hewan
|
Manusia
|
acrylonitrile
aldrin aminotriazole amitraz arsenic oxide
azinphos-metyl
(guthion) cadmium
captan
carbaryl carbontettrachloride chloramben chlordane
chlordecone (kepone) chlordimeform chlorobenzilate chlorofenol (group)
chlorothalenil
2,4-D DBCP DDT diallate
1,2, dichloropropane
1,3, dichloropropane dicofol
dieldrin dimethoate endosulfan
|
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
|
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
ethylene
dibromide
ethylene
thiourea formaldehyde
hempa
heptachlor
lindane
maleic hydrazide maneb
MCPA
methidathion
methyylene bromide methylene
dichloride mexacarbamate
mirex monuron parathion
pentachlorophenol permethrin
picloram
rotenone
sodium azide
sulfallate
2,4,5-T
2,3,6 TBA
tetrachlorvinphos
trichlorfon trifluralin
|
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
|
+
+
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
|
+ = ditemukan bukti
- = tidak ditemukan bukti
Sumber : NCI/DHEW/NIH (1881);
Gosselin (1984); IARC (1978); Saleh (1980)
Bahan Berbahaya
1.
Sulfur Trioksida
Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh
jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam
jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10%
dari total SOx.
Pencemaran
SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman
terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia
adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan
pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan
SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
Konsentrasi
( ppm )
|
Pengaruh
|
3
– 5
|
Jumlah
terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
|
8
– 12
|
Jumlah
terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
|
20
|
Jumlah
terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
|
20
|
Jumlah
terkecil yang akan mengakibatkan batuk
|
20
|
Maksimum
yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
|
50
– 100
|
Maksimum
yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
|
400
-500
|
Berbahaya
meskipun kontak secara singkat
|
2.
Amonium Nitrat
Amonium
nitrat, senyawa dengan rumus molekul NH4NO3 secara umum
berbentuk padatan pada suhu ruangan dan tekanan standard. Sesuai dengan
sifatnya sebagai pengoksidasi, senyawa ini mempunyai berbagai banyak fungsi
dalam berbagai bidang. Sejak Perang Dunia I, senyawa ini dikenal sebagai bahan
peledak yang berkekuatan tinggi. Amonium nitrat tidak terdapat di alam karena
sifatnya yang mudah larut atau mudah diuraikan. Amonium nitrat berupa kristal
garam berwarna putih, =1,725, mudah terlarut dalam air. Amonium nitrat dianggap
sebagai garam (kristal) yang sangat stabil, walaupun garam amonium dari asam
kuat umumnya meniadakan amonia dan menjadi sedikit asam pada saat penyimpanan.
Pada amonium nitrat, peruraian endotermis pH rendah berlangsung pada suhu 169oC.
3. Metil Merkuri Asetat
Metil merkuri merupakan senyawa organik yang paling yang paling
berbahaya yang telah dipelajari oleh manusia. Metilasi merkuri dapat terjadi
dalam tubuh organime manapun, termasuk manusia. Metil merkuri dapat berikatan
dengan basa adenine. Posisi ikatan metil merkuri pada basa adenin bergantung
pada pH (Kaim; 1951). Adanya variasi posisi metilmerkuri ini dapat
menjelaskan bagaimana merkuri sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Dalam jaringan tubuh manusia terdapat 30 % adenina, 30 % timina, 20
% sitosina dan 20 % guanina Merkuri yang terikat pada adenina dapat mengganggu
enzim, mengganggu biosintesis protein dan lemak serta merusak DNA dan RNA
Dibawah ini merupakan tabel
beberapa senyawa berbahaya :